Senja ini Niken sengaja tak buru-buru menghampiri bis di ujung jalur terminal. Sekedar menghilangkan pegal di pergelangan kaki. Ia berdiri dan bersandar pada jeruji besi biru pembatas. Dia mengamati hiruk-pikuk orang yang baru pulang kerja dan riuh rendahnya pengamen-pengamen cilik berdebat sambil berebut recehan yang bergemerincing dalam plastik kumal bekas permen.
Ia menghela napas panjang. Pertengkarannya dengan Damar tadi membuat Niken masih merasa kesal. Damar bilang Niken pelit. Padahal mereka bersahabat sejak SMP dan Niken gak pernah merasa pelit padanya.
“Bukan pelit sama aku, kamu tuh pelit kalo ada pengemis atau pengamen yang minta recehan.” Ujar Damar.